Sabtu, September 12, 2009

Cerpen : Romantic

Nama Pena : Veazt Neza

ANYTHING FOR LOVE

Aku merasakan tubuhku melayang. Begitu ringan bagai kapas. Rambutku terurai tertiup angin. Aku melihat Mama. Ya, itu Mama. Dia sangat cantik. Dengan balutan busana putih dan penutup kepala berwarna senada. Dia tersenyum padaku. Membentangkan lengannya untukku. Aku akan berlari kepelukan Mama, tapi …..
"Airin ……..!!! sebuah suara menyetakku
"Itu Nando ! Ya Allah Nando ! Mengapa dia disini ?
Bukankah dia sakit? Apa dia sudah sadar dari koma? Kalau iya, syukurlah ! Aku hanya tersenyum padanya dan segera berlari menghampiri Mama.
Dan semakin lama …. Aku semakin jauh dari Nando. Dari kejauhan masih sempat kulihat dia. Dia duduk sambil menatapi lantai. Aku juga masih sempat melihatnya berteriak, tapi akau tak bias mendengar apa yang diteriakkannya.
* * * * *
Ada satu harapan tertambat di jiwa
Mengalun dalam dawai yang rapuh
Menggelayut dalam tiang yang tak tegak
Aku meraih mimpi dan bayangan
Namun terjatuh …….
Aku baru saja menulis sajak di diary bear kesanyanganku. Tiba-tiba sebuah message membuyarkan lamunanku.
Sender : Rach
Rin, buruan ! Gw dah nunggu lo mpe kering nih!
Aku menepuk jidatku yang tak ada nyamuknya.
" Ya Allah, aku kan ada janji untuk pergi ama anak-anak!" monologku.
Buru-buru aku mereply message dari Rachel.
To : Rachel
Ok! Tar dulu! Aku gi otw!
Aku bergegas mengguyur tubuhku. Dan memakai baju seadanya. Menaburkan bedak dan mengoleskan lip gloss. Lalu aku mengambil kunci mataku dan segera melesat.
" Guys, sory banget ya! Gue ...!" ucapkan ketika sama di depan mereka. Aku tak meneruskan ucapkanku karena mereka melotot padaku. Seakan-akan hendak menelanku bulat-bulat aku nyengir.
"Gu….gu….e…itu…anu…! "krena dingin meluncur
Mereka masih menatapku dengan bengisnya.
"Ah! Kalian! Gak lucu bercanda! Oya, yukz kita cap-cus! Ntar gak dapat tempat paling …!"
"AIRIN ………!!! "teriak mereka serentak
Jeduar !!! Matilah aku!
"Iya! Iya! Sory, tadi gue baru nulis diary! Truz lupa! Yeah, lo tau kan siapa subject di diary gue! Nando dong!"
" Makan itu Nando! " Rachel yang super tomboy menoyor kepalaku sembari berlalu menuju Satrianya.
" Isi otak lo Cuma Nando, ya? " Verin yang culuners ikut menimpali.
" Heluw! Nyonya stress! Nando itu penting ya?! " Mona yang centil gak kalah memojokkanku. Aku memonyongkan bibirku. Mengikuti mmereka. Menuju festival band di Amplas.
Ramai …..
Hanya kaya itu yang tepat untuk menggambarkan keadaan di Amplas sore itu. Mudha-mudhi tumplek-blek di tempat itu. Aku memperhatikan keadaan disekitarnya. Kebanyakan dari mereka pergi bersama kekasih mereka. Karena kebetulan hari ini adalah hari sabtu alias malam minggu.
Aku seperti mengenal salah satu dari mereka. Seorang cowok berperawakan tinggi gedhe bersama seorang cewek tampak sedang bercanda mesra.
Nando! Ya, cowok itu Nando! My Prince, My honey bunny sweaty, My Soulmate, My Love and everything! Dan cewek itu! Jangan-jangan ceweknya! Hu……hu…. Hancur hatiku bagai gelas yang tersepak angin.
Yeah, alhasil acara nantonya gagal total. Karena aku tak terlalu menikmati musik yang mengalun dari musisi-musisi local itu. Aku terus saja memelototi pasangan kekasih yang "sok" mesra itu. Hingga acara dinyatakan bubar!
* * * * *
Dan bayangan terus memenuhi ruang pikiranku
Menggerogoti satu persatu kebahagiaanku
Merampas satu jiwa yang tegak
Kini merapuh .. jatuh …dan …mati
Anganku melayang di nirwananya
Mengetuk gerbang cintanya
Namun tetap tertutup
Aku memandang sebuh pigura bermotif teddy-bear. Ada sesosok malaikat terbingkai dalam kayu berwarna merah marun itu. Malaikat hati. Dia tersenyum sambil memeluk bola Chicagonya. Dia terlihat tampan dengan seragam basket kebanggaannya .
Tadi malam, aku melihatnya dengan seorang cewek. Entah pacarnya yang keberapa. Sejak aku memutuskan untuk menambatkjan hatinya padanya, 4 tahun lalu, aku tak tau pasti berapa kali ia berganti pacar.
Dilihat dari wajahnya yang indo, perawakan tinggi gedhe motor sport yang senantiasa berada disampingnya dan statusnya sebagai atlet basket. Tak mengherankan kalu dia adalah most wonted di SMA ku. Jadi, banyak banget cewek yang antri jadi pacarnya. Termasuk aku! He…. Tapi sayangnya, diantara jutaan cewek itu. Hanya aku yang tak dihiraukannya. Entah karena dia tak tau perasaanku yang sudah terlalu lama terpendam ini atau karena dia tak akan pernah sudi dekat denganku. Aku yang tak cantik, tak menarik dan tak popular sepertinya.
Meskipun begitu, aku belum juga lelah untuk menantinya. Entah karena apa dan untuk apa aku mencintai dan menantinya. Padahal aku sadar, bahwa aku hanya bisa bermimpi untuk bersamanya. Namun, mencintainya adalah hal terindah dalam hidupku.
Semua sahabatku sudah muak dengan ceritaku tentang Nando. Mereka gak pernah mau untuk mendengarkan ceritaku tentang Nando. Jadi, aku mencurahkan perasaanku tentang Nando pada diary bear kesayanganku.
Dering handphoneku membuyarkan semua lamunanku. Aku menilik LCD. Tertera sebuah nama yang sangat ku kenal. Mona, dengan malas aku meraih handphoneku yang tergeletak di meja riasku dan mengangkatnya.
" Halo !"
" Rin, anter gue yukz !! "
" Kemana ?"
" Salon !"
" Gue males ah! Ajak yang laen aja deh!"
"Aduh! Rachel itu mau latihan taekwondo! Verin lagi les matematika! Lo gak mau ngapa-ngapain kan?"
" Gue…..mau……itu…..emm….! " aku tak memiliki ide untuk menolak.
" Gue gak mau tau! Pokoknya. Lo gue tunggu di taman komplek!"
Tut ….Tut….Tut….
Aku beranjak dengan malas. Mengganti baju rumahku dengan blus bunga-bunga hijau tosca dan rok lipit putih tulang. Lalu aku bergerak menuju taman komplek.
Mona sudah sampai di sana ketika datang. Dia segera menghampiriku. Dan kita menuju salon langganannya.
Aku memarkirkan mio putih kesayanganku didepan salon. Lalu mengikuti langkah sahabatku yang amat centil itu.
Aku tercengang ketika mendapati seseorang tengah duduk diruang tunggu. Aku menghampirinya. Lalu duduk disampingnya. Dia menoleh padaku dan tersenyum. Jantungku berdetak semakin kencang aliran darahku berdesir cepat.
" Rin! Ama siapa? "sapanya.
" Itu ama Mona! "jawabanku rada gugup.
" Ouw! "
" Kamu …eh, lo ama siapa?
" Cewek gue!
Jedduar !!!!!!
" O …..! "hanya itu kata yang keluar dari mulutku
Tak beberapa lama seorang cewek innocent menghampiri kami.
" Beibz, yuk!"
" Udah? " ucap Nando sembari berdiri.
" He-em! "ia mengapit lengan Nando. Nando melirikku
" Rin! Duluan ya!"
" Oh! Iya…iya !"
Lalu mereka menjauhiku. Nando masih sempet menoleh. Memandangiku beberapa saat lalu hilang di balik pintu.
* * * * *
Malam yang dingin. Sudah pukul 11 lewat namun aku belum juga memejamkan mata. Padahal biasanya jam segini aku sudah bermain-main di alam mimpi.
Aku mengambil handycameku. Melihat-lihat video yang kuambil saat Nando bertanding basket. Dia terlihat begitu sempurna. Aku tersenyum-senyum memandanginya. Aku tak terlalu ingat kapan tepatnya video-video itu ku ambil.
Paginya, setelah aku siap dengan seragam pramukaku, aku segera mengambil kunci matorku. Lalu segera terbang ke sekolah.
Aku melirik tempat di sebelahku. Ketika aku sampai di parkiran kosong. Aku melihat jam di tangan kiriku. Pukul 06.35. Jam segini biasanya Nando sudah datang. Tapi kali ini aku tak melihat motornya. Ah mungkin motornya lagi di bengkel.
Aku segera menuju kelasku. Sudah ramai. Kebanyakan dari mereka sibuk menyalin PR. Kebetulan aku sudah mengerjakannya di rumah, karena tadi malam aku sulit tidur.
Aku menyandarkan tubuhku di kursi yang kosong. Tadi aku melewati kelas Nando. Tapi aku tak menemukan sosoknya.
" Duer!" Mona mengagetku.
" Hey! Kaget tau!
" Abis lo bengong aja sih! Eh ya. Lo dah tau tentang Nando belum?
" Nando? Kenapa dia? "aku membenarkan posisi dudukku.
" Kemarin pas tanding basket! Dia pingsan! Trua gak sadar-sadar gitu! Sekarang lagi di RS! "ucap Mona yang emang biang gosip.
" Ya Allah! Trus keadaanya gimana?"
" Mana gue tau!"
* * * * *
Sesosok cowok tergeletak tak berdaya diruang ICU. Wajahnya pucat pasi. Aku tak kuat menahan airmataku. Aku keluar dari ruang itu. Mencopot baju luarku. Lalu mengampiri mama Nando yang terisak di kursi tunggu.
" Tante! Maaf, Nando sakit apa?" aku menjajari Mama Nando
" Dia…..gagal ginjal!"
" Gagal ginjal? Astaghfirullahal’adzim!" aku menutup mulut ku dengan kedua tanganku, tak percaya.
" Ya! Saat ini kami sedang menunggu pendonor ginjal untuknya! Ginjal kami tak ada yang cocok dengan ginjalnya!" Mama Nando semakin tersiak dipelukan papa Nando.
Terbesit sebuah pikiran konyol dalam benakku. Bagaimana kalau akau ikut periksa? Kalau ginjal coock maka aku akan menyelamatkan Nando. Aku ingin Nando sembuh. Agar SMA Bhayangkara tak hilang kapten basket terbaiknya. Agar cewek tak kehilangan idola mereka. Dan agar aku tak kehilangan malaikat hatiku.
Aku menatapkan hatiku. Aku harus mengikuti kata hatiku. Karena kata hatiku yang paling benar.
Aku bergegas menyampaikan niatku setelah aku duduk di depan dokter muda itu. Ia mengangguk-angguk. Lalu memanggil seorang perawat yang kemudian menggiringku menuju ruang serba putih. Aku berbaring disebuh tempat tidur mini bersepray putih.
Jantungku dag….dig….dug…
Dan selang beberapa menit. Aku disuruhnya ke ruang dokter muda itu lagi.
" Ok! Airin! Besok kami akan menguhungi anda untuk meberitahukan hasilnya!"
" Terima kasih, Dok!" aku menyalami dikter itu. Aku masih sempat memandang Nando dari balik pintu.
" Nando! Doain ya…semoga ginjal aku cocok ama ginjal kamu!"
* * * * *
Sebuah nada terdengar pilu
Merampas sinar-sinar itu
Kini mulai menghitam
Anganku terbang…..
Adakah jiwanya disana?
Ketika raganya semu
Saat matanya terpejam
Kumohon kembalilah…..
Aku harap-harap cemas menunggu kabar dari dokter. Sungguh diluar dugaan ginjal kami cocok, tanpa babibu lagi akupun meminta ijin Papa. Mulanya aku menceritakan tentang keadaan Nando pada Papa.
" Kasihan ya! Teman kamu itu!"
" Iya , pa! Makanya Airin mau bantu dia!"
" Bantu apa?"
" Airin mau ngasih satu ginjal Airin buat dia! Kebetulan ginjal Airin cocok sama ginjal Nando!"
" Jangan gila kamu!" Papa memelototiku.
" Kamu kira nyambung ginjal itu sama dengan nyumbang beras. Bahaya Airin!"
" Pa! Airin gak akan kenapa-napa!"
" Tidak Airin! Papa gak ngijinin!"
Papa besikeras tak mau mengijinkan. Aku semakin bingung.
Dua hari sudah berlalu, tapi papa tetap pada pendiriannya. Tapi aku tak berhenti menyakinkannya.
" Pa! Ijinkan Airin ya!"
" Tidak! Airin!"
" Pa, Airin gak akan kenapa-napa!"
" Airin, Papa Cuma punya kamu dan kakakmu! Mama kamu udah ninggalin kita! Papa gak mau kamu juga ninggalin Papa!"
" Pa, kalo Kak Ririn ada disini! Dia pasti setuju ama keputusan Airin! Percaya deh Pa, Airin akan baik-baik aja!"
Papa hanya mebisu. Dia menatapku lekat-lekat, seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu ia memelukku.
" Lakukan, Nak! Kalau itu memang keputusanmu!"
" Benar, Pa! Papa ijinin Airin?" Papa hanya mengangguk
" Makasih Pa!"
* * * * *
Aku berbaring di tempat tidur panjang. Disampingku sudah ada Papa, Kak Ririn dan ketiga best friendku.
" Rin. Lo tu jahat ya! Kok lo gak bilang ama kita kalau lo mau nglakuin hal senekat ini!" Rachel memelototiku.
" Sory! Teman-teman! Gue cuma gak pangen ngrepotin kalian aja!"
" Hey! Kita itu sahabat! Gak ada tuh repot0repotankan!" Mona menimpali. Mereka memelukku
" Kak Ririn! Lo udah balik dari Jakarta?"
" Ya, gue balik khusus buat lo!"
" Kak, jagain Papa ya!"
" Lo ngomong apa sih! Kita bakal jagain papa sama-sama!"
Aku hanya tersenyum. Aku juga masih sempat merasakan pelukan Papa dan kak Ririn. Lalu aku didorong ke ruang operasi. Disamping tergeletak tak berdaya seseorang yang amat kusayangi Nando. Aku menatapnya.
" Airin! Sudah siap!"
" Hitung Sampai 10 ya!"
Pada hutungan ke -8 aku sudah melayang-layang. Entah apa yang kerasakan. Tubuhku ringan. Semua yang kulihat berwarna hitam…..
Papa gelisah menunggu. Begitu juga kak Ririn, Rachel, Mona dan Verin.
Lampu dimatikan. Operasi dinyatakan selesai. Dokter muda itu keluar.
"Dok, bagaimana?" Papa langsung menyerbunya dengan pertanyaan. Dokter itu menghela napas.
" Pak, operasi berjalan lancar! Namun, kedua pasien masih kritis!"
" Ya Allah!" Papa terlihat begitu kalut.
Kedua pasien digiring keluar. Memasuki ruang ICU. Si cewek tersenyum. Wajahnya begitu pucat. Sang cowok pun pucat.
Papa menunggui putri bungsunya di ICU tanpa lelah. Mulutnya berkomat-kamit memejamkan doa.
Tiba-tiba detektor jantung diruang itu berbunyi datar. Papa begitu gelisah. Lalu ia memanggil dokter
" Sebaiknya Bapak tunggu di luar!"
Dokter segera menjalankan tugasnya. Sementara Papa dan yang lainnya menunggu dengan gelisah.
Selang beberapa saat, dokterpun keluar. Papa tak bisa menahan diri.
" Dokter, bagaimana Airin?"
Dokter muda itu hanya membisu. Ia menepuk bahu papa sambil menggeleng.
" AIRIN! Kenapa kamu ingkar janji! Kamu bilang kamu gak akan kenapa-napa kan?" Papa terduduk dilantai.
" Rin, lo tega ya! Biarin gue jagain papa sendiri!" Kak Ririn tersiak. Mona, Rachel, dan Verin berpelukan
" Airin!"
* * * * *






Sesosok cowok terisak disamping pusara. Dia memeluk nisan yang bertuliskan bidadari penolongnya. Hujan yang mengguyur tak ia hiraukan.
" Rin, kenapa lo gak biarin gue yang pergi? Rin, jawab…..Rin! kenapa lo lakuin ini semua buat gue!?"
" Karena Airin saya ama lo!" sambung suara dari belakang, cowok itupun menoleh. " Lo gak perlu ngrasa salah! Jangan buat pengorbanannya sia-sia karena rasa bersalah lo itu!"
Cewek itu lantas mengulurkan sebuah kotak pink.
" Lo yang lebih pantas menyimpan ini!"
Cowok itu membuka kotak pink itu. Ada handycame pink, diary bear, dan semua benda yang berhubungan dengannya.
" Rin, kenapa lo pergi secepat ini?! Kalau lo masih disini kita bisa mulai semuanya dari awal…"
Cewek itu lalu meninggalkannya sendiri! Namun, ia berhenti dan berbalik.
" Oya, ini puisinya yang terakhir!" Kak Ririn meyerahkan secarik kertas pada cowok itu.
Cowok itu bangkit, ia berteriak
"AIRIN!!! KENAPA LO LAKUIN SEMUA INI KE GUE??!! GUE GAK PANTES DAPETIN INI SEMUA!!!" Kak Ririn sempat menoleh pada cowok itu. Dan cowok itu membuka secarik kertas lusuh yang ada digenggamannya. Ia memandang nisan berwarna putih itu. Lalu ia mendekapnya. Erat. Erat sekali.
Ia kembali memandang kertas lusuh di genggamnannya.
Cinta hanyalah sebuah ilusi
Yang terbang bersama satu mimpi yang nyata
Bersandar dalam kesucian jiwa
Namun sebenarnya cinta adalah suatu pengorbanan yang nyata
Yang berakar dalam suatu hati
Dan tercipta untuk satu jiwa

* * * * *

18 ulasan:

  1. menarik sekali mbak ceritanya? mbak kapan2 nlis di web kami ya??

    BalasPadam
  2. Tanpa Nama14/9/09 1:40 PG

    bes lah cte ni...so sweet

    BalasPadam
  3. Tanpa Nama14/9/09 1:42 PG

    hehe...boring....

    BalasPadam
  4. Tanpa Nama14/9/09 1:44 PG

    apo ni??? gue ngak paham..mcm aku x bca abis...hehe-

    BalasPadam
  5. Tanpa Nama14/9/09 8:54 PG

    xfaham akuh

    BalasPadam
  6. guna la bhsa malaysia.....k.

    BalasPadam
  7. im malay-indo16/9/09 9:25 PTG

    kerna cinta yg bnr ngga akn mungkin berserah..

    BalasPadam
  8. adussss....gue juga nggak ngerti cite ini....so0 bowinkk
    sory writer...

    BalasPadam
  9. indon lagi? huh! xde jiwa malaysia lgsg..
    -nur_um-

    BalasPadam
  10. tak faham???
    soorry...

    BalasPadam
  11. xfhmlaa..bhs pe ni..indon ke..hehehee

    BalasPadam
  12. erm..*wondering*

    BalasPadam
  13. nurainda shinju3/10/09 12:53 PG

    nice story
    walaupun bhasa krang dfhami
    jln cerita terlalu pndek

    BalasPadam
  14. aduh...romantis banget mbak!!
    bgus dong ceritanya....
    aq jadi nangis usai baca...
    airin kok meninggal sih??
    trus nando gimana?
    kasian kan!

    BalasPadam
  15. kurang difahami

    BalasPadam
  16. Tanpa Nama8/6/11 1:42 PTG

    aq x fham langsung

    BalasPadam
  17. serabut je aq bace...nsib bsek x smpai hbis.........

    BalasPadam

TINGGALKAN ULASAN DAN KOMEN, PADA SETIAP KARYA YANG ANDA BACA Penulis memerlukan ulasan dan komen, bagi memperbaiki penulisan dan memperbetulkan kesilapan. Komen dan ulasan anda akan memberi satu semangat kepada penulis, untuk terus menulis karya dan seterusnya menghasilkan karya yang menarik. Kerjasama & sokongan daripada pembaca amat kami hargai. Sebab itulah kami menyediakan HADIAH, sebagai penghargaan kepada penulis dan juga kepada pembaca yang aktif memberi komen & ulasan